Natal yang dilaporkan Alkitab sungguh sangat sederhana. Tidak ada sorak sorai, tidak ada nyanyian para bala tentara surga. Suasana hening di tengah malam yang sunyi itu, hanya disertai ternak yang menyaksikan Sang Putra Allah datang ke dunia ini. Namun kedatangannya menghasilkan perubahan yang sangat nyata hingga sekarang, setelah ribuan tahun masa yang dilalui Natal pertama itu. Joseph Mohr menggambarkan suasana itu dalam keheningan malam, sebagaimana disuarakan nyanyian yang mendunia ini:
Malam kudus, sunyi senyap, dunia terlelap.
Hanya dua yang tinggal terus,
ayah bunda mesra dan kudus,
Anak tidur tenang, Anak tidur tenang.
Gambaran suasana yang sangat hening dan tentunya mereka merenungkan apa makna dari peristiwa itu di dalam hidup mereka. Maria disebut Alkitab merenungkan perkataan malaikat itu setelah ia ditinggalkannya. Natal di dahului minggu Advent. Minggu yang mengingatkan kita akan kedatangan Yesus yang kedua kalinya sebagai Hakim Yang Agung. Ia datang sebagaimana kita utarakan dalam Pengakuan Iman Rasuli: “Untuk menghakirmi orang yang hidup dan yang mati”. Natal adalah saat untuk merenungkan makna kedatangan Kristus itu dalam konteks kedatangan-Nya yang kedua kalinya. Jadi natal semestinya sepi dari hiruk pikuk dunia. Natal warna kentalnya adalah kesederhanaan.
Sumber : disadur dari perenungan natal Bpk Hotman Patiaraja (http://patiaraja.multiply.com/journal)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar